Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 11 – 12

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 11-12“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS.2: 11-12)
Dalam tafsirnya, as-Suddi menceritakan, dari Abu Malik dan dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dari Murrah ath-Thabib al-Hamdani, dari Ibnu Masud, dari beberapa sahabat Nabi , mengenai firman Allah: wa idzaa qiila laHum laa tufsiduu fil ardli qaaluu innamaa nahnu mush-lihuun (“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi “. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”) ia mengatakan: “Mereka itu adalah orang-orang munafik. Sedangkan kerusakan yang dimaksud adalah kekufuran dan kemaksiatan.”
Mengenai firman-Nya, wa idzaa qiila laHum laa tufsiduu fil ardli; dan jika dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi,”) Abu Ja’far menceritakan, dari ar-Rabi’ bin Anas, dari Abu al-‘Aliyah, ia mengatakan: “Artinya, janganlah kalian berbuat maksiat di muka bumi ini. Kerusakan yang mereka buat itu berupa kemaksiatan kepada Allah, karena barangsiapa yang berbuat maksiat kepada Allah atau memerintahkan orang lain untuk bermaksiat kepada-Nya, maka ia telah berbuat kerusakan di bumi, karena kemaslahatan langit dan bumi ini terletak pada ketaatan.”
Hal senada juga dikatakan oleh ar-Rabi’ bin Anas, Qatadah, dan Ibnu Juraij, dari Mujahid, mengenai firman-Nya, wa idzaa qiila laHum laa tufsiduu fil ardli (“dan jika dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi,”) ia mengatakan: Mereka sedang berbuat maksiat kepada Allah, lalu dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian melakukan ini dan itu.” Maka mereka pun menjawab, “Sesungguhnya kami berada pada jalan hidayah dan kami pun sebagai orang yang mengadakan perbaikan.”
Ibnu Jarir mengatakan, dengan demikian, orang-orang munafik itu memang pelaku kerusakan di muka bumi ini, dengan bermaksiat kepada Allah melanggar larangan-Nya serta mengabaikan kewajiban yang dilimpahkan kepadanya. Mereka ragu terhadap agama Allah di mana seseorang tidak diterima amalnya kecuali dengan membenarkannya dan meyakini hakikatnya. Mereka juga mendustai orang-orang mukmin melalui pengakuan kosong mereka, padahal keyakinan mereka dipenuhi oleh kebimbangan dan keraguan. Serta dukungan dan bantuan mereka terhadap orang-orang yang mendustakan Allah, kitab-kitab, dan rasul-rasul-Nya atas para wali Allah jika mereka mendapatkan jalan untuk itu.
Demikian itulah kerusakan yang dilakukan oleh orang-orang munafik di muka bumi ini, sementara mereka mengira telah mengadakan perbaikan. Al-Hasan al-Bashri mengatakan, di antara bentuk kerusakan yang dilakukan di muka bumi ini adalah mengangkat orang kafir sebagai wali-wali (pemimpin atau pelindung), sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: adapun orang-orang kafir , sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain. Jika kalian (wahai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. ” (QS. Al-Anfal: 73).
Dengan demikian, Allah telah memutuskan perwalian di antara kaum muslimin dengan orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir menjadi wali/pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian). ” (QS.An-Nisaa’: 144).
Kemudian Dia berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kalian sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisaa’: 145).
Dengan keadaannya (orang-orang munafik) yang secara lahiriyah adalah beriman, hal ini sangat membingungkan orang-orang mukmin. Seolah-olah kerusakan itu adanya dari arah orang munafik itu berada, karena ialah yang menipu orang-orang mukmin melalui ucapannya yang sama sekali tidak benar serta menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin bagi orang-orang
mukmin. Kalau saja perbuatan mereka hanya sebatas yang pertama (yaitu sebagai orang kafir) masih lebih ringan kejahatannya. Dan andai saja ia ikhlas beramal karena Allah swt. serta menyesuaikan ucapannya dengan perbuatannya, niscaya ia akan benar-benar beruntung.
Oleh karena itu Allah berfirman: “Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.’Mereka menjawab: `Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”‘ Artinya, kami ingin mendekati kedua belah pihak baik kaum beriman maupun kaum kafir dan kami berdamai dengan keduanya.
Kemudian Dia berfirman: alaa innaHum Humul mufsiduuna walaa kil laa yasy’uruun (“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” Melalui ayat tersebut Allah swt. memberitahukan, “Ketahuilah bahwa yang mereka katakan sebagai perbaikan itu adalah kerusakan itu sendiri, namun karena kebodohan mereka, mereka tidak menyadari bahwa hal itu sebagai kerusakan.”


EmoticonEmoticon