Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-An’am ayat 100

tulisan arab alquran surat al an'am ayat 100“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin jin itu, dan mereka berbohong (dengan mengatakan): ‘Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan,’ tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.” (QS. al-An’aam: 100)
Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik yang beribadah kepada ilah-ilah selain Allah. Mereka juga menyekutukan-Nya dalam menjalankan ibadah, yaitu mereka beribadah kepada jin dan menjadikannya sebagai sekutu bagi-Nya dalam beribadah, Mahatinggi Allah dari kemusyrikan dan kekafiran mereka. Jika dikatakan: “Bagaimana bisa jin itu diibadahi, padahal mereka itu beribadah kepada berhala?” Jawabannya adalah, bahwa mereka itu tidak beribadah kepada mereka (patung atau berhala), melainkan sebagai
wujud ketaatan mereka kepada jin, yang telah menyuruh mereka melakukan hal itu.
Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Patutkah kamu mengambil dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku.” (QS. Al-Kahfi: 50). Dan pada hari Kiamat kelak, para Malaikat berkata yang artinya: “Maha suci Engkau, Engkaulah pelindung Kami bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah jin dan kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba’: 41)
Oleh karena itu Allah berfirman: wa ja’alullaaHi syurakaa-al jinna wa khalaqaHum (“Dan mereka [orang-orang musyrik] menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allahlah yang menciptakan jin-jin itu.”) Maksudnya, padahal Allahlah yang telah menciptakan mereka, Dialah Yang Mahapencipta yang tiada sekutu bagi-Nya, lalu bagaimana bisa selain diri-Nya diibadahi bersama dengan ibadah kepada-Nya.
Sebagaimana ucapan Ibrahim yang artinya: “Apakah kamu beribadah kepada patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allahlah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. Ash-Shaaffaat: 95-96). Makna ayat tersebut adalah bahwa Allah berdiri sendiri dalam menciptakan semua makhluk. Oleh karena itu Dia harus diesakan dalam ibadah, hanya Dia saja, tiada sekutu bagi-Nya.
Firman-Nya: wa kharaquu laHuu baniina wa banaatim bighairi ‘ilmi (“Dan mereka membuat kebohongan [dengan mengatakan] ‘Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, ‘tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan.”)
Dengan (ayat) ini, Allah mengingatkan kesesatan orang-orang yang sesat yang menyatakan, bahwa Allah mempunyai anak, sebagaimana yang dikatakan oleh kalangan orang-orang Yahudi terhadap ‘Uzair, dan orang-orang Nasrani terhadap `Isa, serta anggapan di kalangan orang-orang musyrik Arab bahwa Malaikat itu anak perempuan Allah. Mahatinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang dhalim dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Makna firman-Nya: “wa kharaquu” yaitu, mereka mengada-ada dan berdusta, sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama Salaf. Jadi penafsirannya adalah, bahwa mereka telah menjadikan jin sebagai sekutu Allah dalam ibadah mereka, padahal Allah Ta’ala hanya sendiri dalam menciptakan mereka tanpa adanya sekutu, pembantu, dan pendukung.
wa kharaquu laHuu baniina wa banaatim bighairi ‘ilmi (“Dan mereka membuat kebohongan [dengan mengatakan] ‘Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, ‘tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan.”) Yaitu, tanpa adanya (ilmu) pengetahuan terhadap hakikat apa yang mereka katakan, tetapi mereka katakana itu karena kejahilan (kebodohan) mereka akan Allah Ta’ala serta keagungan-Nya. Sesungguhnya tidak layak bagi Rabb sebagai Ilah untuk memiliki anak, laki-laki maupun perempuan, dan tidak juga isteri, dan tidak juga sekutu yang bersekutu dengan-Nya dalam penciptaan.
Oleh karena itu Allah berfirman: subhaanaHuu wa ta’aalaa ‘ammaa yashifuun (“Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”) Maksudnya, Mahasuci dan Mahaagung dari disifati dengan sifat-sifat yang diberikan oleh orang-orang bodoh lagi sesat, yaitu sifat kepemilikan anak, tandingan yang setara dan sekutu.


EmoticonEmoticon