“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. 4:80) Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: ‘(Kewajiban kami hanyalah) taat.’ Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung. (QS. 4:81)” (an-Nisaa’: 80-81)
Allah mengabarkan tentang hamba dan Rasul-Nya, Muhammad saw, bahwa barangsiapa yang taat kepadanya, berarti ia taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang maksiat kepadanya, maka berarti ia maksiat kepada Allah. Hal itu tiada lain karena beliau tidak berkata dari hawa nafsunya, melainkandari wahyu yang diwahyukan oleh-Nya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullahsaw. bersabda: “Barangsiapa yang taat kepadaku, maka berarti ia taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang maksiat kepadaku, maka berarti ia maksiat kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada amir, maka berarti ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada amir, maka berarti ia maksiat kepadaku.” (Hadits ini tercantum dalam kitab ash-Shahihain dari al-A’masy).
Firman-Nya: wa man tawallaa famaa arsalnaaka ‘alaiHim hafiidhan (“Dan barangsiapa yang berpaling, maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”) Yaitu tidak dibebankan kepadamu. Sesungguhnya kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Maka barangsiapa yang mengikutimu, pasti ia akan bahagia dan selamat. Dan engkau akan mendapatkan pahala sebesar yang dihasilkan oleh orang yang mengikuti. Sedangkan barangsiapa yang berpaling darimu, maka ia akan celaka dan rugi, serta tidak ada bagimu urusan dengan mereka sedikitpun.
Firman-Nya: wa yaquuluuna thaa’atun (“Dan mereka mengatakan: ‘Kewajiban kami hanyalah taat.”) Allah mengabarkan tentang orang-orang munafik, bahwa mereka menampakkan kesepakatan dan ketaatan; fa idzaa barazuu min ‘indika (“Dan jika mereka telah pergi dari sisimu.”) Yaitu apabila mereka keluar dan tersembunyi darimu,
Bayyata thaa-ifum minHum ghairal ladzii taquul (“Sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari, lain dari yang telah mereka katakan tadi.”) Yaitu mereka mengadakan pertemuan rahasia di waktu malam tentang apa yang ada di antara mereka, berbeda dengan apa yang mereka nampakkan kepadamu.
Maka Allah berfirman: wallaaHu yaktubu maa yubayyituun (“Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu,”) yakni Allah mengetahuinya dan mencatatnya sesuai dengan perintah yang diberikan-Nya kepada para Malaikat penjaga yang mewakili hamba-hamba-Nya. Makna ancaman ini adalah, Allah mengabarkan, bahwa Allah Mahamengetahui terhadap apa yang mereka sembunyikan dan rahasiakan di antara mereka, serta apa yang mereka lakukan di waktu malam dari penentangan dan kedurhakaan kepada Rasulullah saw, sekalipun mereka benar-benar menampakkan ketaatan dan kesepakatan terhadap beliau.
Dan Allah akan membalas mereka atas semua itu. Sebagaimana firman Allah yang artinya: “Dan mereka berkata: ‘Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul, dan kami mentaati (keduanya).’” (QS. An-Nuur: 47)
Dan firman-Nya: fa a’ridl ‘anHum (“Maka berpalinglah kamu dari mereka”) Yaitu maafkanlah, bersabarlah atas mereka dan jangan membalasnya. Janganlah engkau sebarkan perkara mereka atas orang lain dan jangan takut kepada mereka.
Wa tawakkal ‘alallaaHi wa kafaa billaaHi wakiilan (“Dan bertawakkallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi pelindung.”) Yaitu, cukuplah Allah sebagai pelindung, penolong dan pendukung bagi orang yang bertawakkal dan berserah diri serta orang yang kembali kepada-Nya.
EmoticonEmoticon