“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu. Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh jauhnya. (QS.4:60) Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan, dan kepada hukum Rasul,’ niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati)mu. (QS. 4:61) Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa suatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna.’ (QS. 4:62) Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang (ada) di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. 4: 63).” (an-Nisaa’: 60-63)
Ayat ini merupakan pengingkaran Alla terhadap orang yang mengaku beriman dengan apa yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, dan yang terdahulu. Tetapi bersamaan dengan itu, dalam memutuskan berbagai persengketaan, mereka berhukum bukan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam sebab turunnya ayat ini, bahwa ada seoang laki-laki Anshar dan seorang laki-laki Yahudi sedang bersengketa. Lalu orang Yahudi itu berkata: “Antara aku dan engkau ada Muhammad.” Sedangkan orang Anshar itu berkata: “Antara aku dan engkau ada Ka’ab bin al-Asyraf.
Dan dikatakan, bahwa sebab turunnya ayat ini bukan itu. Akan tetapi, ayat tersebut mencakup lebih umum dari hal itu semua. Karena ia mengandung celaan terhadap orang yang menyimpang dari al-Kitab dan as-Sunnah. Sedangkan berhukum kepada selain keduanya merupakan kebathilan dan itulah yang dimaksud dengan thaghut dalam ayat ini. Untuk itu, Allah berfirman: yuriiduuna ay yatahaakamuu ilath thaaghuuti (“Mereka hendak berhakim kepada thaghut”) hingga akhir ayat.
Firman Allah: yashudduuna ‘anka shuduudan (“Mereka menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekati kamu.”) yaitu mereka berpaling darimu seperti orang-orang yang sombong terhadap hal itu. Kemudian, Allah berman mencela orang-orang munafik: fa kaifa idzaa ashaabatHum mushiibatum bimaa qaddamaat aidiiHim (“Maka bagaimanakah halnya apabila mereka ditimpa suatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri.”) Artinya, bagaimana keadaan mereka jika takdir menggiring mereka kepadamu dan merekapun butuh kepadamu di saat berbagai musibah datang silih berganti menerpa mereka, disebabkan dosa-dosa mereka.
Tsumma jaa-uuka yahlifuuna billaaHi in aradnaa illaa ihsaanaw wa taufiiqan (“Kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna.’ Yaitu, mereka mohon maaf kepadamu dan bersumpah: “Kepergian kami kepada orang kami kepada orang lain dan berhukumnya kami kepada musuh-musuhmu itu, tidak lain kecuali menghendaki kebaikan dan perdamaian, yaitu hanya berpura-pura, bukan keyakinan kami tentang sahnya (benarnya) tahkim tersebut.
Kemudian Allah berfirman: ulaa-ikal ladziina ya’lamullaaHu maa fii quluubiHim (“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang [ada] di dalam hati mereka.”) Manusia kelompok ini adalah kaum munafik. Dimana Allah Mahamengetahui apa yang terdapat di dalam hati mereka, dan mereka pun akan dibalas oleh Allah atas perbuatannya itu. Karena tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Maka merasa cukuplah dengan-Nya tentang mereka, ya Muhammad! Karena, Allah Mahamengetahui zhahir dan bathin mereka.
Untuk itu Allah berfirman kepada beliau: fa a’ridl ‘anHum (“Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka.”) Yaitu, jangan engkau bersikap kasar terhadap apa yang ada di dalam hati mereka, wa ‘idh-Hum (“Dan berilah mereka pelajaran.”) Yaitu, laranglah mereka dari kemunafikan dan rahasia-rahasia jahat yang tertanam dalam hati mereka.
Wa qul laHum fii anfusiHim qaulam baliighan (“Dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”) Yaitu, berilah nasehat kepada mereka dalam semua perkara yang terjadi antara engkau dan mereka, dengan kata-kata yang berbekas yang dapat mencegah mereka.
EmoticonEmoticon