“Katakanlah, ‘Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?’ Katakanlah, ‘Kepunyaan Allah.’ Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Katakanlah, ‘Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku
diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku.’ Barang siapa yang dijauhkan azab darinya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.” (al-An’am: 12-16)
diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku.’ Barang siapa yang dijauhkan azab darinya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.” (al-An’am: 12-16)
Allah Swt. memberitahukan bahwa diri-Nya-lah yang memiliki langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya, dan bahwa Dia telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya Yang Mahasuci. Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui jalur Al A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah setelah selesai menciptakan makhluk, maka Dia menulis di dalam kitab yang ada di sisi-Nya di atas ‘Arasy, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.’”
Firman Allah Swt.: layajma’annakum ilaa yaumil qiyaamati laa raiba fiiHi (“Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya.”) (Al-An’am: 12)
Huruf lam yang terdapat pada lafaz layajma ‘annakum merupakan pendahuluan dari qasam (sumpah). Allah bersumpah dengan menyebut nama diri-Nya Yang Mahamulia, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menghimpun semua hamba-Nya:
Ilaa miiqaati yaumim ma’luum (“di waktu tertentu pada hari yang dikenal.”) (Al-Waqi’ah: 50)
Yaitu hari kiamat yang tiada keraguan padanya, yakni yang keberadaannya tidak diragukan lagi di kalangan hamba-hamba-Nya yang mukmin. Adapun hamba-hamba Allah yang ingkar dan mendustakannya, mereka tenggelam ke dalam keraguannya tentang kejadian hari tersebut.
Ibnu Murdawaih mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ahmad ibnu Uqbah, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Muhsan ibnu Atabah Al-Yamani, dari Az Zubair ibnu Syabib, dari Usman ibnu Hadir, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai wuquf di hadapan Tuhan semesta alam, “Apakah di tempat ini terdapat air?” Maka Rasulullah Saw. menjawab:
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan kekuasaan-Nya, sesungguhnya di tempat itu benar-benar ada air. Dan sesungguhnya kekasih-kekasih Allah benar-benar mendatangi telaga-telaga para nabi. Dan Allah memerintahkan kepada tujuh puluh ribu malaikat yang di tangan mereka tergenggam tongkat-tongkat dari api untuk mengusir orang-orang kafir dari telaga-telaga para nabi itu.”
Hadis ini berpredikat gharib. Menurut yang ada pada Imam Turmuzi disebutkan seperti berikut:
“Sesungguhnya setiap nabi itu mempunyai telaga, dan aku berharap telaga milikku adalah yang paling banyak didatangi mereka.”
Firman Allah Swt.: alladziin khasiruu anfusaHum (“Orang-orang yang merugikan dirinya.”) (Al An’am: 12) Yakni kelak di hari kiamat. FaHum laa yu’minuun (“Mereka itu tidak beriman.” (AI-An’am: 12) Yakni mereka tidak percaya dengan adanya hari kembali dan mereka tidak takut akan adanya pembalasan yang keras di hari itu. Kemudian Allah Swt. berfirman:
Wa laHuu maa sakana fil laili wan naHaari (“Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang ada pada malam dan siang hari.” (Al-An’am: 13) Dengan kata lain, semua makhluk hidup yang ada di langit dan di bumi adalah hamba hamba Allah dan makhlukNya; semuanya berada di bawah kekuasaan, pengaturan, dan pengendalian-Nya, tidak ada Tuhan selain Dia.
Wa Huwas samii’ul ‘aliim (“Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”) (Al-An’am: 13) Yakni Maha Mendengar semua ucapan hamba hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui semua gerakan, semua yang terpendam di dalam qalbu mereka, dan semua yang mereka rahasiakan.
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada hamba dan Rasul-Nya —yaitu Nabi Muhammad Saw.—yang diutusnya dengan membawa ajaran tauhid yang agung dan syariat yang lurus. Allah memerintahkannya untuk menyeru manus ia ke jalan Allah yang lurus. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:
Qul a ghairallaaHi attakhidzu waliyyan faathiris samaawaati wal ardli (“Katakanlah, ‘Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi?’”) (Al-An’am: 14)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang artinya:
“Katakanlah, ‘Maka apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?’” (Az-Zumar: 64) Makna yang dimaksud ialah ‘aku tidak akan menjadikan pelindung selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, karena sesungguhnya Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan keduanya tanpa contoh lebih dahulu’.
“Katakanlah, ‘Maka apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?’” (Az-Zumar: 64) Makna yang dimaksud ialah ‘aku tidak akan menjadikan pelindung selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, karena sesungguhnya Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan keduanya tanpa contoh lebih dahulu’.
Wa Huwa yuth’imu walaa yuth’amu (“Padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan.”) (Al-An’am: 14) Yakni Dialah Yang memberi rezeki kepada makhluk-Nya, padahal Dia tidak memerlukan mereka, karena Allah Swt. telah berfirman yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (Az-Zariyat: 56)
Sebagian ulama ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut, yaitu: Wa Huwa yuth’imu walaa yuth’amu (“Padahal Dia memberi makan dan tidak pernah makan.”)
Yakni Dia tidak pernah makan. Di dalam hadits Suhail ibnu Abu Saleh dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa pernah seorang Ansar dari kalangan penduduk Quba mengundang Nabi Saw. ke suatu jamuan makan yang dibuatnya, maka kami berangkat bersama Nabi Saw. untuk memenuhi undangannya. Setelah Nabi Saw. selesai makan dan mencuci kedua tangannya, maka Nabi Saw. membaca doa berikut:
“Segala puji bagi Allah Yang telah memberi makan dan tidak pernah makan, telah memberikan anugerah kepada kami hingga kami mendapat petunjuk telah memberi kami makan dan minum, dan telah memberi kami pakaian hingga tidak telanjang, dan semua ujian baikyang Dia timpakan kepada kami. Segala puji bagi Allah dengan tidak meninggalkan Tuhanku, tidak merasa cukup, tidak ingkar, dan tidak dapat lepas dari-Nya Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum, memberi kami pakaian hingga tidak telanjang, memberi kami petunjuk dari kesesatan, memberi kami penglihatan dari kebutaan, dan mengutamakan kami di atas kebanyakan makhluk yang telah diciptakan-Nya dengan keutamaan yang sesungguhnya; segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”
Firman Allah Swt.: qul innii umirtu an akuuna awwala man aslama (“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertama sekali berserah diri [kepada Allah].’”) (Al-An’am: 14)
Yakni dari kalangan umat ini.
Walaa takuunanna minal musyrikiina. Qul innii akhaafu in ‘ashaitu rabbii ‘adzaaba yaumin ‘adhiim (“Dan jangan sekali-kali kalian termasuk golongan orang-orang musyrik. Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar, jika aku mendurhakai Tuhanku.’”) (Al An’am: 14-15) Yakni kelak di hari kiamat.
May yush-raf ‘anHu (“Barang siapa dijauhkan azab darinya.”) (Al-An’am: 16) Yakni azab dipalingkan atau dijauhkan darinya.
Yauma-idzin faqad rahimtaHu (“pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya.”) (Al-An’am: 16) Yakni berkat rahmat Allah kepadanya.
Wa dzaalikal fauzul mubiin (“Dan itulah keberuntungan yang nyata.”) (Al-An’am: 16) Ayat ini semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya yang artinya:
“Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” (Ali Imran: 185)
Yang dimaksud dengan istilah alfauz ialah memperoleh keuntungan dan tidak rugi.
EmoticonEmoticon