Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 78-79

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 78-79“Dan di antara mereka ada yang beta huruf, tidak mengetahui al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga”. (QS. 2:78) Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan Langan mereka sendiri, lalu dikatakannya: `Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan-perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. 2:79)
Allah swt berfirman, wa minHum ummiyyuuna (“Di antara mereka ada yang buta huruf,”) yaitu dari kalangan Ahlul Kitab. Kata Mujahid, al-ummiyyuuna adalah jama’ dari kata al-ummiyyun, yang berarti orang yang tidak dapat membaca dan menulis.” Hal itu dikemukakan pula oleh Abu al-Aliyah, Rabi’ bin Anas, Qatadah, Ibrahim an-Nakha’i, dan ulama lainnya. Hal itu adalah dhahir (hal yang jelas dan tampak) pada firman-Nya, ‘Mereka tidak mengetahui al-Kitab (Taurat).” Maksudnya mereka tidak mengetahui isi kitab tersebut.
Oleh karena itu, di antara sifat yang dimiliki Nabi ummiy, karena beliau tidak bisa menulis, sebagaimana firman-Nya: wa maa kunta tatluu min qabliHii min kitaabi walaa takhuththuHuu biyamiinika idzal lartaabal mubthiluun (“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (al-Ankabuut: 48)
Rasulullah saw. pernah bersabda: “Kami adalah umat yang ummiyy, tidak dapat menulis dan berhitung. Satu bulan sekian, sekian, sekian.” (Hadits muttafaq ‘alaiHi) artinya dalam menjalankan dan menentukan waktu ibadah, kami tidak membutuhkan hitungan dan tulisan. Juga firman-Nya tentang hal tersebut: Huwal ladzii ba’atsa fil ummiyyinna rasuulam minHum (“Dialah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka.”)(al-Jumu’ah: 2)
Ibnu Jarir menuturkan: “Masyarakat Arab menasabkan seorang laki-laki yang tidak bisa membaca dan menuli kepada ibunya, karena keadaannya yang tidak bisa menulis, bukan kepada bapaknya.”
Sedangkan firman-Nya: illaa amaaniyya (“Kecuali dongengan bohong belaka.”) Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas, mengatakan, “illaa amaaniyya; yaitu obrolan dan pembicaraan yang sia-sia.”
Masih dari Ibnu Abbas, adh-Dahhak mengemukakan, “Mereka berbicara bohong dengan mulutnya.” Sedangkan Abu al-‘Aliyah dan Rabi’ bin Anas menuturkan, “Kecuali angan-angan yang mereka harapkan dari Allah, yaitu apa yang bukan hak mereka.”
Firman-Nya: laa ya’lamuunal kitaaba illaa amaaniyya wa in Hum illaa yadhunnuun (“Mereka tidak mengetahui al-Kitab [Taurat] kecuali dongengan bohong belaka dan mereka menduga-duga.”dari Ibnu Abbas, Muhammad bin Ishak mengatakan, “Artinya mereka tidak mengetahui isi kitab tersebut, dan mereka mengetahui kenabianmu, Muhammad, hanya dengan melalui dugaan belaka.”
Mengenai firman-Nya: wa in Hum illaa yadhunnuun (“dan mereka hanya menduga-duga”) Mujahid mengatakan: “Mereka hanya berdusta berlaka.” Sedangkan Qatadah, Abu al-Aliyah, dan Rabi’ bin Anas menuturkan, “Mereka berprasangka buruk kepada Allah tanpa sedikitpun kebenaran.”
Dan firman-Nya: fa wailul lilladziina yaktubuunal kitaaba bi aidiiHim tsumma yaquuluuna Haadzaa min ‘indillaaHi liyasy-taruu biHii tsamanan qaliilan (“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: `Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan-perbuatan itu.”) mereka ini kelompok lain dari kalangan Yahudi, yaitu para penyeru kesesatan melalui tipu daya dan cerita-cerita bohong atas nama Allah serta mamakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar.
Menurut Ibnu Abbas, al-Wail ini berarti siksaan yang sangat berat. Dan menurut al-Khalil bin Ahmad, al-wail berarti puncak kejahatan.
Menurut Sibawaih, “wailun” itu ditujukan bagi orang yang terjerumus dalam kebinasaan, sedangkan “waihun” dimaksudkan bagi orang yang masih berada di tepi jurang kebinasaan.
Al-Ashma’i mengatakan, al-wail dipergunakan sebagai kecaman. Sedangkan al-waih dipergunakan sebagai ungkapan kasihan. Dan ulama lainnya mengatakan, al-wail berarti kesedihan.
Al-Khalil bin Ahmad mengatakan, yang semakna dengan kata wail yaitu “waihun” waisyun” “waiHun” “waikun” “waibun” ada pula ulama yang membedakan maknanya.
Mengenai firman-Nya: fa wailul lilladziina yaktubuunal kitaaba bi aidiiHim (“maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri,”) dari Ibnu Abbas ra, Ikrimah mengatakan, “Mereka itu adalah para pendeta Yahudi.” Hal senada juga dikemukakan oleh Said, dari Qatadah, ia mengatakan: “Mereka adalah orang-orang Yahudi.”
Mengenai finnan-Nya, fa wailul lilladziina yaktubuunal kitaaba bi aidiiHim (“Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri.”) Dari Sufyan ats-Tsauri, Abdur Rahman bin Alqamah, mengatakan: “Aku pernah menanyakan penggalan ayat tersebut kepada Ibnu Abbas, maka ia pun menjawab: ‘Ayat tersebut turun di kalangan orang-orang musyrik dan Ahlul Kitab.”‘
As-Suddi mengatakan, “Ada beberapa orang Yahudi yang menulis sebuah kitab berdasarkan pemikiran mereka sendiri, lalu mereka menjualnya kepada masyarakat Arab dengan mengatakan bahwa kitab ini berasal dari Allah. Dan mereka pun menjualnya dengan harga yang sangat murah sekali.”
Az-Zuhri menceritakan, Ubaidullah bin Abdillah memberitahuku, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, “Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian menanyakan sesuatu kepada Ahlul Kitab, sedangkan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya merupakan berita Allah yang paling aktual yang apabila kalian membacanya tidak membosankan. Dan Allah telah memberitahu kalian bahwa Ahlul Kitab telah mengganti kitab Allah dan mengubahnya serta menulis kitab baru dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan bahwa kitab itu berasal dari Allah dengan maksud agar mereka dapat menjualnya dengan harga yang murah. Bukankah ilmu yang sampai kepada kalian melarang untuk bertanya kepada mereka. Demi Allah, kami tidak pernah melihat seorang pun dari mereka bertanya mengenai apa yang diturunkan kepada kalian.” (Hadits ini diriwayatkan Imam al-Bukhari melalui beberapa jalan dari az-Zuhri).
Hasan bin Abi Hasan al-Bashri mengatakan, ats-stamanul qaliilu; berarti dunia dan segala isinya.
Dan firman Allah: fa wailul lilladziina yaktubuunal kitaaba bi aidiiHim (“Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis al Kitab dengan tangan mereka sendiri.”) Artinya, kecelakaan bagi mereka karena apa yang mereka tulis adalah dusta. Dan kecelakaan pula bagi mereka karena mereka biasa menerima uang sogok (dan lainnya). Sebagaimana dikatakan adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya, fawailul laHum; mereka yang telah menulis kebohongan dan kedustaan itu.
Sedangkan firman-Nya, fa wailul lilladziina yaktubuunal kitaaba bi aidiiHim (“Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis al Kitab dengan tangan mereka sendiri.”) Maksudnya, lanjut adh-Dhahhak, “akibat dari apa yang mereka makan.”


EmoticonEmoticon