Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 87

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 87“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombongkan diri, maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” (QS. Al-Baqarah: 87)
Allah telah mencap Bani Israil dengan sifat melampaui batas, ingkar, melanggar perintah, dan sombong terhadap para Nabi. Mereka ini hanya menuruti hawa nafsu. Lalu Allah Ta’ala mengingatkan bahwa Dia telah menurunkan al-Kitab kepada Musa, yaitu Taurat. Tetapi orang-orang Yahudi itu mengubah, menukar, dan melanggar perintah-Nya. Sepeninggal Musa, Allah mengutus para Rasul dan Nabi yang menjalankan hukum berdasarkan syari’at-Nya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. ” (QS. Al-Maa-idah: 44).
Oleh karena itu Dia berfirman: wa qaffainaa mim ba’diHii bir rusul (“Dan Kami telah menyusulinya [berturut-turut] sesudah itu dengan rasul-rasul”) dari Abu Malik, as-Suddi meriwayatkan, “Artinya Kami [Allah] susulkan di belakang mereka.” Sebagaimana firman-Nya: tsumma arsalnaa rusulanaa tat-raa (“Kemudian kami mengutus para rasul Kami berturut-turut.” (QS. Al-Mukminun: 44) Hingga Dia menutup para nabi Bani Israil itu dengan Isa putera Maryam yang datang dengan mengganti beberapa hukum Taurat. Oleh karena itu, Allah memberinya beberapa keterangan, yaitu mukjizat.
Menurut Ibnu Abbas, di antara mukjizatnya itu adalah menghidupkan orang mati, membuat bentuk seekor burung dari tanah lalu ditiupkan padanya roh sehingga benar-benar menjadi burung dengan seizin Allah, menyembuhkan orang sakit, dan mampu memberitahu hal-hal yang bersifat ghaib, dan diperkuat dengan Ruhul Qudus, yaitu jibril as. Semuanya itu merupakan bukti yang menunjukkan kepada mereka kebenaran apa yang dibawa oleh `Isa. Namun meski begitu, Bani Israil semakin gencar mendustakannya. Kedengkian dan keingkaran mereka pun semakin parah, disebabkan mereka menyelisihi sebagian isi Taurat.
Sebagaimana firman-Nya tentang `Isa: “Dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Rabbmu.” (QS. Ali Imraan: 50).
Bani Israil memperlakukan para nabi dengan perlakuan yang paling kasar dan kejam. Satu golongan mendustakannya, dan golongan yang lain membunuhnya. Semua itu tidak lain disebabkan karena para Nabi datang kepada mereka dengan membawa hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu dan pendapat mereka, serta mengharuskan mereka berpegang-teguh pada hukum Taurat yang telah mereka ubah dengan tujuan menyelisihinya. Maka hal itupun menyulitkan mereka, sehingga mereka mendustakan para nabi, bahkan membunuh sebagian dari mereka.
Oleh karena itu, Allah swt. berfirman: afa kulla maa jaa-akum rasuulum bimaa laa taHwaa anfusukumus takbartum fafariiqan kadz-dzabtum wa fariiqan taqtuluun (“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa suatu [pelajaran] yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombongkan diri. Maka beberapa orang [di antara mereka] kamu dustakan dan beberapa orang yang [lainnya] kamu bunuh?”
Ruhul Qudus yang dimaksud di situ adalah Jibril as. sebagaimana ditegaskan Ibnu Mas’ud dalam manafsirkan ayat ini. Dan pendapat itu diikuti pula oleh Ibnu Abbas, Muhammad bin Ka’ab, Ismail bin Khalid, as-Suddi, Rabi’ bin Anas, Athiyyah al-Aufi, dan Qatadah. Demikian juga kaitannya dengan firman Allah swt.: “Ia dibawa turun oleh Ruhul Amin [Jibril] ke dalam hatimu [Muhammad] agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. ” (QS. Asy-Syu’ara’: 193-194).
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah pemah menaruh sebuah mimbar dimasjid untuk Hassan bin Tsabit, dan ia selalu membela Rasulullah (dengan bait-bait syairnya), maka beliau pun berdiri seraya berdo’a: “Ya Allah, dukunglah Hassan dengan Ruhul Qudus, sebagaimana ia telah membela Nabi-Mu.”
Demikian hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari secara muallaq juga Abu Daud serta at-Tirmidzi. Imam at-Tirmidzi mengatakan, hadits ini hasan shahih, dari Abu az-Zanad. Hadits muallaq ialah yang diriwayatkan dengan tidak menggunakan sanad, kadang karena hendak diringkas, padahal sanadnya ada, dan kadang memang diriwayatkan begitu saja, yakni dengan tidak bersanad.
Sedangkan dalam kitab Shahihain (al-Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Umar bin al-Khatthab pemah melewati Hassan, ketika ia sedang membaca syair di dalam masjid. Kemudian ia pun memperhatikannya, maka Hassan berkata kepadanya, “Aku telah membaca syair di dalamnya dan di sana terdapat orang yang lebih baik darimu.” Setelah itu Umar menoleh ke arah Abu Hurairah seraya berkata, “Demi Allah, apakah engkau pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Ya Allah, perkenankanlah bagiku, perkuatkanlah ia dengan Ruhul Qudus.” Ia menjawab, “Ya, pernah.”
Dalam beberapa riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah pernah berkata kepada Hassan, “Balaslah celaan mereka, dan Jibril bersamamu.” Melalui sebuah syair, Hassan pernah berkata:
Jibril adalah utusan Allah, ada bersama kita
Dan dia adalah Ruhul Qudus yang tidak diragukan lagi.
Dalam kitab Shahih Ibnu Hibban ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam diriku. Bahwasanya seseorang tidak akan mati sehingga rizki dan ajalnya dengan sempurna. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah permohonanmu.” (HR. Ibnu Hibban)
As-Suddi mengatakan, al-Qudus artinya al-barakah. Sedang menurut al-Aufi dari Ibnu Abbas, al-Qudus artinya at-thuhr (kesucian).
Mengenai firman Allah Ta’ala: biruuhil qudusi (“Dengan Ruhul Qudus,”) Zamakhsyari mengungkapkan, “Artinya dengan ruh yang disucikan seperti anda menyebut Hatim baik, orang jujur. Dan ruh ini disifasi dengan al-Qur’an. Hal itu seperti pada firman-Nya, wa ruuhum minHu (“Dengan tiupan roh dari-Nya. “) Penyebutan khusus itu dimaksudkan sebagai penghormatan.”
Dan mengenai firman-Nya: “fa fariiqan kadz-dzabtum wa fariiqan taqtuluun” az-Zamakhsyari mengatakan: “Dalam ayat ini Allah tidak mengajarkan karena Dia bermaksud mengungkapkan juga untuk masa yang akan datang (mustaqbal). Karena mereka berusaha untuk membunuh Nabi dengan racun dan sihir. Pada saat itu beliau menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, Rasulullah bersabda: “Makanan Khaibar (kambing yang diracuni orang Yahudi) masih menyakitiku, dan sekarang adalah saat terputusnya urat nadiku.”
Saya (Ibnu Katsir) katakan, hadits ini terdapat dalam kitab shahih al-Bukhari dan lainnya.


EmoticonEmoticon