Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah: 276) Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal sahalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabb-nya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 277)
Allah memberitahukan bahwa Dia menghapuskan riba, baik menghilangkannya secara keseluruhan dan tangan pelakunya maupun mengharamkan keberkahan hartanya, sehingga ia tidak dapat mengambil manfaat darinya, bahkan Dia melenyapkan hasil riba itu di dunia dan memberikan hukuman kelak pada hari kiamat.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “Dan Dia menjadikan yang buruk itu sebagiannya atas sebagian yang lain, lalu semuanya Dia tumpukkan dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka jahannam.” (QS. Al-Anfaal: 37).
Dalam kitab al Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dan Ibnu Masud, dari Nabi, beliau bersabda: “Sesungguhnya riba, meskipun pada awalnya banyak, namun akhirnya akan menjadi sedikit.” (HR. Ahmad)
Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Yang demikian itu dari sisi muamalah, dan itu jelas bertentangan dengan tujuan mengambil riba supaya banyak.
Firman Allah: wa yurbish shadaqaat (“Dan Allah menyuburkan sedekah”) Kata itu dibaca dengan memberikan dhammah pada huruf “ya’”. Kata “yurbii” tersebut berasal dari kata: rabasy-syai-a yarbuu; arbaaHu yurbiiHi; yang berarti memperbanyak dan mengembangbiakkan. Ada juga yang membacanya, “yurabbii” dengan memberikan dhammah pada huruf “ya’” dan disertai dengan tasydid pada “ba’” berasal dari kata “attarbiyyatu”
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia menceritakan, Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa bersedekah senilai satu kurma yang dihasilkan dengan usaha yang baik (halal) dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu memeliharanya untuk pelakunya, seperti halnya seseorang di antara kalian memelihara anak kudanya hingga menjadi sebesar bukit.” (HR. Al-Bukhari).
Dan hal yang sama juga diriwayatkan Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi dan an-Nasa’i.
Firman Allah A berikutnya: wallaaHu laa yuhibbu kulla kaffaarin atsiim (“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.”) Maksudnya, Dia tidak menyukai orang yang hatinya senantiasa ingkar, yang selalu berbuat dosa baik berupa ucapan maupun perbuatan. Penyebutan sifat di atas dalam mengakhiri ayat ini sangatlah tepat. Karena, seorang yang melakukan riba itu pada hakekatnya tidak mau menerima yang halal yang telah ditetapkan Allah baginya dan tidak merasa cukup dengan usaha yang halal tersebut. Bahkan ia berusaha memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, yaitu dengan berbagai macam usaha busuk. Dengan demikian, ia telah mengingkari nikmat Allah Ta’ala yang telah diberikan kepadanya, zhalim, dan berbuat dosa dengan memakan harta orang lain dengan cara yang bathil.
Selanjutnya Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman kepada Rabb mereka, yang senantiasa menaati perintah-Nya, selalu bersyukur dan berbuat baik dengan mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Allah Ta’ala berfirman untuk mengabarkan apa yang telah disediakan untuk mereka berupa kemuliaan, dan bahwasanya mereka pada hari kiamat kelak termasuk orang-orang yang beriman.
Dalam hal ini, Dia telah berfirman: innal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati wa aqaamush shalaata wa aatuz zakaata laHum ajruHum ‘inda rabbiHim wa laa khaufun ‘alaiHim walaa Hum yahzanuun (“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendinikan shalat, dan menunaikan zakat, mereka mendapatkan pahala di sisi Rabb-nya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”)
EmoticonEmoticon