Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 246-247

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 246-247
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: ‘Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang [di bawah pimpinannya] di jalan Allah.’ Nabi mereka menjawab: ‘Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.’ Mereka menjawab: ‘Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.’ Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Mahamengetahui orang-orang yang dhalim. (QS. Al-Baqarah: 246) Nabi mereka mengatakan kepada me-reka: ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.’ Mereka menjawab: ‘Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripada-nya sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak.’ Nabi (mereka) berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Mahamengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 247)
Ketika Bani Israil meminta kepada nabi mereka agar mengangkat bagi mereka seorang raja dari kalangan mereka sendiri, maka nabi mereka pun menetapkan Thalut sebagai pemimpin mereka. Thalut adalah seorang dari bala tentara Bani Israil, dan bukan dari kalangan kerajaan, karena kerajaan berada pada kekuasaan keturunan Yahudza. Sedangkan Thalut bukan dari keturunan Yahudza. Oleh karena itu mereka berkata, annaa yakuunu laHul mulku ‘alainaa (“Bagaimana Thalut memerintah kami.”) Artinya, bagaimana mungkin ia akan menjadi raja yang memerintah kami, wa nahnu ahaqqu bil mulki minHu wa lam yu’ta sa’atam minal maali (“Padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan darinya, sedang ia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?”) Maksudnya, dia adalah orang miskin yang tidak punya harta untuk menjalankan pemerintahan. Padahal keharusan bagi mereka ialah taat dan mengucapkan kata-kata yang baik.
Kemudian nabi itu memberikan jawaban kepada mereka seraya berkata: innallaaHash thafaaHu ‘alaikum (“Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian.”) Artinya, Dia telah memilih Thalut sebagai pemimpin kalian dari kalangan kalian sendiri, dan Allah Ta’ala lebih mengetahuinya daripada kalian. Nabi bersabda: “Bukan aku yang menentukannya berdasarkan pandanganku sendiri, tetapi Allah Ta’ala yang menyuruhku untuk memilihnya kerena kalian telah meminta hal itu kepadaku.”
wazaadaHu basthatan fil ‘ilmi wal jismi (“Dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”) Artinya Thalut lebih mengetahui daripada kalian, lebih mulia, lebih perkasa, lebih kuat, dan lebih sabar dalam peperangan, serta lebih sempurna ilmunya dan lebih tegar daripada kalian. Oleh karena itu ia layak menjadi seorang raja karena berpengetahuan, mempunyai bentuk tubuh yang bagus, dan kuat fisik maupun mental.
Setelah itu Allah berfirman: wallaaHu yu’tii mulkaHu may yasyaa’u (“Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang Dia kehendaki.”) Maksudnya, Dia-lah yang Mahabijaksana yang mengerjakan apa saja yang Dia kehendaki. Dia tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yang Dia kerjakan, justru merekalah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Hal ini karena ilmu, hikmah, dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya. Oleh karena itu, Dia berfirman: wallaaHu waasi’un ‘aliim (“Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Mahamengetahui.”) Artinya, Dia Mahaluas karunia-Nya, Dia khususkan rahmat-Nya bagi siapa saja yang Dia kehendaki, dan Mahamengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan dan siapa yang tidak berhak.


EmoticonEmoticon