Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 129

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
tulisan arab surat albaqarah ayat 129“Ya Rabb kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. 2:129)
Allah berfirman mengabarkan tentang kesempurnaan do’a Ibrahim untuk penduduk Tanah Haram (Makkah), di mana Ibrahim memohon agar Allah mengutus kepada mereka (penduduk Tanah Haram) seorang Rasul yang berasal dari kalangan mereka sendiri, yaitu dari keturunan Ibrahim.
Do’a mustajab ini sesuai dengan takdir Allah yang telah ditetapkan yakni penunjukan Muhammad sebagai Rasul kepada orang-orang yang buta huruf dan juga kepada umat manusia secara keseluruhan serta bangsa jin. Sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad, dari Irbadh bin Sariyah, katanya, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya aku di sisi Allah ditetapkan sebagai penutup para Nabi, dan sesungguhnya Adam akan dilemparkan (diturunkan) ke tanah-Nya. Dan aku akan memberitahukan kepada kalian awal mula mengenai hal itu, yaitu do’a bapakku Ibrahim, berita gembira mengenai diriku yang disampaikan oleh ‘Isa, serta mimpi ibuku dalam tidurnya, demikian juga ibu-ibu para Nabi mereka bermimpi.” (HR. Ahmad; Dha’if: Didha’ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dba’iiful Jaami’ [2091])
Selain itu, Imam Ahmad juga meriwayatkan. Luqman bin Amir memberitahu kami, ia menceritakan, aku pernah mendengar Abu Umamah mengatakan, aku pernah bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, apakah yang pertama kali menjadi permulaan urusanmu (kerasulanmu)?” Beliau menjawab: “Do’a bapakku, Ibrahim, berita gembira yang disampaikan ‘Isa mengenai kelahiranku, dan ibuku bermimpi bahwa dari dalam dirinya keluar cahaya yang menerangi istana-istana di Syam (Syiria).”
Maksudnya, orang yang pertama kali menyebut dan mempublikasikan dirinya di tengah-tengah umat manusia adalah Ibrahim. dan nama beliau masih terus disebut-sebut dan populer di tengah-tengah orang banyak, hingga Nabi Bani Israil, yaitu Isa putera Maryam pun menyebut dengan jelas namanya, yaitu ketika Isa berdiri di hadapan Bani Israil seraya berpidato, (sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah ini): “Hai, Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. Ash-Shaff: 6)
Oleh karena itu dalam hadits di atas, Rasulullah menyebutkan dalam sabdanya: “Doa bapakku Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan Isa putera Maryam.”
Sedangkan sabda beliau, “Dan ibuku bermimpi menyaksikan dari dalam dirinya keluar cahaya yang menerangi istana-istana di Syam (Syiria).”
Ada yang mengatakan, yaitu mimpi ibu Nabi Muhammad ketika sedang mengandungnya. Kemudian mimpi itu diceritakannya kepada kaumnya sehingga tersiar dan populer di tengah-tengah masyarakat. Hal itu merupakan permulaannya. Dan pengkhususan Syam (Syria) sebagai wilayah yang diterangi cahaya adalah menunjukkan kejayaan agama dan kenabiannya hingga di negeri Syam itu. Oleh karena itu negeri Syam pada akhir zaman menjadi benteng bagi Islam dan para penganutnya. Dan di sana Pula ‘Isa putera Maryam diturunkan, di mana ia turun di Damaskus, pada menara timur yang berwarna putih.
Diriwayatkan dalam kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim bahwa Rasulullah bersabda: “Segolongan dari umat akan senantiasa muncul membela kebenaran. Mereka tidak peduli dengan orang-orang yang menghina mereka dan juga orang-orang yang menyalahi mereka hingga datang keputusan Allah (hari kiamat), sedang mereka tetap dalam keadaan seperti itu (membela kebenaran).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sedangkan dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan: “Sedangkan mereka berada di Syam.”
Dan firman Allah Ta’ala: wa yu’allimuHumul kitaaba (“Dan mengajarkan al-Kitab kepada mereka,”) yaitu al-Qur’an. Demikian dikemukakan oleh Hasan al-Bashri, Qatadah, Muqatil bin Hayan, Abu Malik, dan lain-lainnya. Ada juga yang menafsirkan “al-hikmah” dengan pemahaman terhadap agama. Dan hal itu tidak ada perbedaannya.
Firman-Nya: wa yuzakkiiHim (“Dan menyucikan mereka.”) “Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu Abbas, “Yakni ketaatan kepada Allah Ta’ala dan tulus ikhlas karena-Nya.”
Mengenai firman-Nya: wa yu’allimuHumul kitaaba wal hikmata (“Dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan alhikmah,”) Muhammad bin Ishaq mengatakan: “Yaitu yang mengajarkan kebaikan, lalu mereka pun mengerjakannya. Juga mengajarkan kepada mereka tentang keburukan, lalu mereka menjahuinya. Serta memberitahukan tentang keridhaan Allah Ta’ala terhadap mereka jika mereka mentaati-Nya, sehingga mereka memperbanyak berbuat taat kepada-Nya dan menjauhi segala maksiat yang dimurkai-Nya.”
Sedangkan firman-Nya: innaka antal ‘aziizul hakim (“Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”) Artinya, Dia-lah al-Aziz, yaitu yang tidak dikalahkan oleh sesuatu apa pun, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia-lah al-Hakim, yang Mahabijaksana dalam segala perbuatan dan ucapan-Nya. Sehingga Dia akan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, karena pengetahuan, kebijakan dan keadilan-Nya.


EmoticonEmoticon