Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisaa’ ayat 1

Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ (Wanita)
Surah Madaniyyah; surah ke 4: 176 ayat
Al-‘Aufi meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas berkata: “Surah an-Nisaa’ turun di Madinah.” Pendapat ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Mardawaih dari ‘Abdullah Ibnuz Zubair dan Zaid bin Tsabit.
tulisan arab alquran surat an nisaa' ayat 1“1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (an-Nisaa’: 1)
Allah berfirman memerintahkan makhluk-Nya untuk bertakwa kepada-Nya. yaitu beribadah hanya kepada Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. serta menyadarkan mereka tentang kekuasaan-Nya yang telah menciptakan mereka dari satu jiwa, yaitu Adam; wa khalaqa minHaa zaujaHaa (“Dan darinya Allah menciptakan istrinya.”) yaitu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam bagian kiri dari belakang. Di saat Adam tidur, lalu sadar dari tidurnya, maka ia melihat Hawa yang cukup menakjubkan. Hingga muncul rasa cinta dan kasih sayang di antara keduanya. di dalam hadits shahih dinyatakan:
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian paling atas. Jika engkau memaksakan untuk meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Tetapi jika engkau bersenang-senang dengannya, maka bersenang-senanglah dengannya, sedang padanya terdapat kebengkokan.”
Wa batstsa minHumaa rijaalan katsiiraw wa nisaa’an (“Dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”) artinya, Allah lahirkan dari keduanya yaitu dari Adam dan Hawa, laki-laki dan perempuan yang banyak sekali, serta ditebarkan di berbagai pelosok dunia dengan perbedaan golongan, sifat, warna dan bahasa mereka. Setelah itu, hanya kepada-Nya tempat kembali dan tempat berkumpul.
Allah berfirman: wattaqullaaHal ladzii tasaa-aluuna biHii wal arhaam (“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan [mempergunakan] nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan [perlihatkanlah] hubungan silaturahim.”) artinya bertakwalah kalian kepada Allah dengan mentaati-Nya. Ibrahim, Mujahid, dan al-Hasan berkata: “Alladzii tasaa-aluuna biHii wal arhaam; artinya sebagaimana ucapan seseorang: ‘Aku meminta kepadamu dengan [nama] Allah dan dengan [hubungan] rahim.’”
Adh-Dhahhakk berkata: “Bertakwalah kalian kepada Allah yang dengan-Nya kalian saling mengikat janji dan persetujuan, serta takutlah kalian memutuskan silaturahim, namun berupayalah kalian untuk berbuat baik dan menyambungnya.”
Penafsiran ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, adh-Dhahhak, ar-Rabi’ dan banyak ulama lainnya. Sebagian ulama membaca: wal arhaama; dengan khafadh [kasrah, al arhaami] sebagai athaf [sambungan] dari dlamir [biHi], artinya kalian saling meminta satu sama lain kepada Allah dan hubungan silaturahim, sebagaimana dikatakan oleh Mujahid dan selainnya.
innallaaHa kaana ‘alaikum raqiiban (“Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”) artinya Allah Mahamengawasi seluruh kondisi dan amalmu, sebagaimana firman Allah: wallaaHu ‘alaa kulli syai-in syaHiid (“Dan Allah Mahamenyaksikan segala sesuatu.”)
Di dalam sebuah hadist shahih: “Beribadahlah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka pasti Allah melihatmu.”
Ini merupakan arahan dan perintah untuk selalu merasa diawasi oleh Rabb yang Mahamengawasi. Untuk itu Allah menyebutkan bahwa asal penciptaan manusia itu adalah dari satu ayah dan satu ibu, agar sebagian mereka berkasih sayang dengan sebagian yang lainnya. Serta menganjurkan mereka untuk memperhatikan kaum dlua’afa [orang-orang lemah] di kalangan mereka.
Di dalam shahih Muslim dari hadits Jarir bin ‘Abdullah al-Bajali, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. di saat menerima kedatangan kelompok Mudharr yang merupakan para petani buah-buahan dari kalangan kaum miskin dan fakir, beliau berdiri berkhutbah di hadapan orang banyak setelah shalat dhuhur. Di dalam khutbahnya, beliau membaca ayat ini:
Yaa ayyuHal ladziina aamanut taqullaaHa wal tandhur nafsum maa qaddamat lighad (“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok [hari kiamat].” (al-Hasyr: 18). Kemudian beliau menganjurkan shadaqah kepada mereka, lalu bersabda: “Seorang laki-laki bershadaqah dengan dinarnya dan dirhamnya serta dengan satu sha’ gandumnya dan satu sha’ kurmanya.’ Dan beliau menyebutkan lanjutan hadits hingga sempurna.”
Begitulah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ahlus Sunan dari Ibnu Mas’ud dalam khutbah hajat (juga dibaca pada saat khutbah akan nikah). Dan di dalam khutbah itu beliau kemudian membaca tiga ayat yang diantaranya: yaa ayyuHannaasut taquu rabbakum (“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu…”


EmoticonEmoticon