Tafsir Ibnu Katsir Surah Ali ‘Imraan ayat 29-30

Surah Madaniyyah; surah ke 3: 200 ayat
tulisan arab alquran surat ali imraan ayat 29-30“Katakanlah: ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui’. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 3:29) Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkanmu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. 3:30)
Allah swt. memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia mengetahui segala rahasia dan hal yang tersembunyi maupun yang terlihat. Tidak ada sesuatu pun dari mereka yang tersembunyi dari-Nya, bahkan ilmu-Nya meliputi mereka dalam segala kondisi dan waktu. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang tersembunyi dari-Nya meski hanya sebesar biji atom atau bahkan yang lebih kecil darinya.
wallaaHu ‘alaa kulli syai-in qadiir (“Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”) Yaitu bahwa kekuasaan Allah itu terlaksana atas semua itu. Dan ini merupakan peringatan bagi hamba-hamba-Nya untuk senantiasa takut agar mereka tidak melakukan larangan dan apa yang dimurkai-Nya. Karena sesungguhnya Dia mengetahui semua urusan mereka dan berkuasa untuk menyiksa mereka dengan segera. Kalaupun Dia menangguhkan mereka, maka Dia hanya menangguhkan, kemudian Ia akan menyiksanya sebagai siksaan dari Allah yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Oleh karenanya setelah itu Dia berfirman, yauma tajidu kullu nafsim maa ‘amilat min khairim muh-dlaran (“Pada hari ketika setiap diri mendapatkan segala kebajikan dihadapkan [di mukanya].”) Yaitu pada hari Kiamat kelak akan dihadirkan di hadapan seorang hamba semua amal perbuatannya, yang baik maupun yang buruk, sebagaimana firman-Nya, yunabbi-ul insaanu yauma-idzim bimaa qaddama wa akhkhara (“Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakaniya dan apa yang dilalaikannya.”) (QS. Al-Qiyaamah: 13)
Orang yang mendapatkan amal perbuatannya baik, maka amal itu akan membahagiakan dan menyenangkannya. Dan yang menemukan kejelekan dari amal perbuatannya, maka hal itu akan menjadikannya bersedih dan berkeinginan terlepas dari amal jeleknya itu, serta berharap ada jarak yang jauh antara dirinya dengan amal jeleknya itu, sebagaimana dia mengatakan kepada syaitan pendampingnya semasa di dunia dan syaitan itu pula yang menjadikannya berani berbuat jahat: yaa laita bainii wa bainaka bu’dal masyriqaini fabi’sal qariin (“Aduhai, semoga [jarak] antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman [yang menyertai manusia].” (QS. Az-Zukhruf: 38)
Setelah itu Allah mengukuhkan hal tersebut dan mengancam, Allah berfirman, wa yuhadzdzirukumullaaHu nafsaHu (“Dan Allah memperingatkanmu terhadap diri (siksa)-Nya.”) Yaitu Dia menakut-nakuti kalian dengan siksa-Nya. Selanjutnya Allah berfirman, memberikan harapan kepada hamba-hamba-Nya agar tidak bprputus asa dari rahmat dan kelembutan-Nya, dengan firman-Nya, wallaaHu ra-uufum bil’ibaad (“Dan Allah sangat penyayang kepada hamba-hamba-Nya.”) Al-Hasan al-Bashri berkata: “Di antara wujud kasih sayang Allah kepada mereka adalah pemberian peringatan kepada mereka agar takut pada diri-Nya.” Ulama lain berkata: “Maksudnya bahwa Dia sangat penyayang terhadap seluruh makhluk-Nya. Dia menginginkan agar mereka senantiasa beristiqamah di atas jalan-Nya yang lurus dan (dalam) agama-Nya yang benar serta mengikuti Rasul-Nya yang mulia.


EmoticonEmoticon