Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
“Katakanlah: ‘Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkan (al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’ (QS. Al-Baqarah: 97) Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 98)
Imam Abu Ja’far bin Jarir ath-Thabari rahimahullahu mengatakan, para ulama tafsir telah sepakat bahwa ayat ini turun sebagai jawaban terhadap pernyataan orang-orang Yahudi dari kalangan Bani Israil, yang mengaku bahwa Jibril adalah musuh mereka, sedangkan Mikail sebagai penolong mereka. Sebagian ulama mengemukakan, pengakuan mereka itu berkenaan dengan perdebatan yang terjadi antara mereka dengan Rasulullah saw. mengenai masalah kenabian beliau.
Abu Kuraib memberitahu kami, dari Yunus bin Bukair, dari Ibnu Abbas, ia menceritakan, ada sekelompok orang Yahudi mendatangi Rasulullah, lalu mereka berkata, “Wahai Abu Qasim, beritahukanlah kepada kami perkara yang kami tanyakan kepadamu, yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi.”
Lalu Rasulullah saw. berujar, “Tanyakanlah segala hal yang kalian kehendaki, tetapi berjanjilah kepadaku sebagaimana Ya’qub telah mengambil janji dari anak-anaknya. Jika aku memberitahukan kepada kalian dan kalian mengetahui bahwa itu benar, maka kalian harus mengikutiku memeluk Islam.” “Janji itu milikmu,” sahut mereka. Kemudian Rasulullah bersabda, “Tanyakanlah apa yang kalian kehendaki.”
Maka mereka pun berkata, “Beritahukan kepada kami empat hal yang kami tanyakan kepadamu: Makanan apa yang diharamkan oleh Israil, atas dirinya sendiri sebelum diturunkannya kitab Taurat? Beritahukan bagaimana air mani laki-laki dan air mani perempuan, dan bagaimana mani itu bisa menjadi anak laki-laki dan perempuan? Beritahukan juga kepada kami mengenai nabi yang ummi ini yang terdapat dalam kitab Taurat, dan siapakah malaikat yang jadi penolongnya?”
Nabi saw. bersabda, “Hendaklah kalian berpegang teguh kepada janji Allah jika aku memberitahukan kepada kalian, maka kalian harus mengikuti aku.” Kemudian mereka pun memberikan ikrar dan janjinya kepada beliau. Lebih lanjut beliau bersabda: “Aku bersumpah demi Allah yang menurunkan Taurat kepada Musa as. apakah kalian mengetahui bahwa Israil Ya’qub pernah menderita sakit parah, dan sakitnya itu menahun. Pada saat itu ia bernadzar jika Allah telah menyembuhkan dirinya dari penyakit yang dideritanya itu, ia akan mengharamkan makanan dan minuman yang paling ia sukai untuk dirinya sendiri. Dan makanan yang paling ia sukai adalah daging unta, sedangkan minuman yang paling ia sukai adalah susu unta.”
Mereka berujar, “Ya Allah, benar.” Lalu Rasulullah saw. berujar, “Ya Allah, saksikanlah mereka.”
Selanjutnya beliau bersabda, “Aku bersumpah demi Allah yang tiada ilah selain Dia yang menurunkan Taurat kepada Musa as. tidakkah kalian mengetahui bahwa air mani laki-laki itu pekat berwarna putih, sedangkan air mani wanita itu encer berwarna kekuningan, mana dari keduanya yang mendominasi maka baginya anak dan kemiripan dengan izin Allah. Jika sperma laki-laki lebih mendominasi daripada ovum perempuan, maka dengan izin Allah ia akan lahir laki-laki. Dan jika ovum perempuan lebih mendominasi, maka akan lahir anak perempuan dengan izin Allah.”
“Benar.” Jawab mereka.
Lalu beliau bersabda, “Ya Allah saksikanlah mereka. Dan aku bersumpah atas nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa as., apakah kalian mengetahui bahwa nabi yang ummi itu tidur dengan memejamkan mata sedang hatinya tidak tidur.”
Mereka pun berujar, “Benar.”
Selanjutnya beliau berujar, “Ya Allah saksikanlah mereka.”
Setelah itu mereka berkata, “Sekarang beritahukanlah kepada kami, siapakah malaikat yang menjadi penolongmu. Hal ini yang akan menentukan apakah kami akan mengikutimu atau berpisah darimu.”
Maka Rasulullah saw. bersabda, “Penolongku adalah malaikat Jibril, dan Allah tidak akan mengutus seorang nabi pun melainkan ia menjadi penolongnya.”
Mereka menyahut, “Inilah yang menjadikan kami berpisah darimu. Jika penolongmu selain malaikat Jibril, niscaya kami akan mengikuti dan membenarkanmu.”
“Benar.” Jawab mereka.
Lalu beliau bersabda, “Ya Allah saksikanlah mereka. Dan aku bersumpah atas nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa as., apakah kalian mengetahui bahwa nabi yang ummi itu tidur dengan memejamkan mata sedang hatinya tidak tidur.”
Mereka pun berujar, “Benar.”
Selanjutnya beliau berujar, “Ya Allah saksikanlah mereka.”
Setelah itu mereka berkata, “Sekarang beritahukanlah kepada kami, siapakah malaikat yang menjadi penolongmu. Hal ini yang akan menentukan apakah kami akan mengikutimu atau berpisah darimu.”
Maka Rasulullah saw. bersabda, “Penolongku adalah malaikat Jibril, dan Allah tidak akan mengutus seorang nabi pun melainkan ia menjadi penolongnya.”
Mereka menyahut, “Inilah yang menjadikan kami berpisah darimu. Jika penolongmu selain malaikat Jibril, niscaya kami akan mengikuti dan membenarkanmu.”
Kemudian beliau pun bertanya: “Apa yang menyebabkan kalian tidak mau mempercayainya?” Mereka pun menjawab: “Karena ia adalah musuh kami.”
Pada saat itu Allah menurunkan ayat: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila fa innaHuu nazzalaHuu ‘alaa qalbika bi idz-nillaaHi mushaddiqal limaa baina yadaiHi …..lau kaanuu ya’lamuun (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa [kitab-kitab] yang sebelumnya -sampai firman-Nya- kalau mereka mengetahui.”) Pada saat itulah mereka mendapatkan murka di atas murka.
Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad dalam musnadnya.
Mujahid mengemukakan, orang-orang Yahudi mengatakan: “Wahai Muhammad, Jibril itu tidak turun melainkan dengan kekerasan, peperangan, dan pernbunuhan dan ia (Jibril) adalah musuh kami.” Maka turunlah ayat: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril”)
Mengenai firman-Nya: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril”) Imam B.ukhari meriwayatkan bahwa Ikrimah mengatakan: Jibril, Mikail, dan Israfil adalah hamba (Allah) (dalam bahasa Ibrani).
Abdullah bin Munir memberitahu kami, dari Anas bin Malik, ia menceritakan, Abdullah bin Salam pernah mendengar kedatangan Rasulullah saw. ketika itu ia sedang berada di tanah yang tandus. Kemudian Nabi datang dan ia pun berkata, “Aku akan menanyakan kepadamu tentang tiga hal yang tidak diketahui kecuali oleh seorang nabi: Apa yang pertama menjadi tanda kiamat, apa makanan penghuni surga yang pertama kali, dan apa yang menyebabkan seorang anak cenderung menyerupai bapak atau ibunya?”
Beliau bersabda, “Jibril telah memberitahuku mengenai hal itu tadi.”
“Jibril?” tanyanya.
Beliau menjawab, “Ya. Ia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi.”
Kemudian beliau membaca ayat ini: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila fa innaHuu nazzalaHuu ‘alaa qalbika (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu..”)
Beliau bersabda, “Jibril telah memberitahuku mengenai hal itu tadi.”
“Jibril?” tanyanya.
Beliau menjawab, “Ya. Ia adalah malaikat yang menjadi musuh orang-orang Yahudi.”
Kemudian beliau membaca ayat ini: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila fa innaHuu nazzalaHuu ‘alaa qalbika (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu..”)
Lebih lanjut beliau menuturkan, “Tanda kiamat yang pertama kali adalah api yang menggiring manusia dari timur ke barat. Sedangkan makanan yang pertama kali dimakan oleh penghuni surga adalah hati ikan paus. Dan jika mani laki-laki mendominasi mani perempuan, maka anaknya akan menyerupainya. Dan jika mani perempuan lebih mendominasi, maka anaknya akan menyerupainya.”
Lalu Abdullah bin Salam mengucapkan, “Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah, dan engkau adalah utusan Allah. Ya Rasulallah, sesungguhnya orang Yahudi itu adalah kaum pendusta. Jika mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau menanyai mereka, mereka akan mendustaiku.”
Lalu orang-orang Yahudi datang, maka Rasulullah saw. berkata kepada mereka, “Menurut kalian, orang macam apakah Abdullah bin Salam itu?” mereka menjawab, “Ia adalah orang terbaik di antara kami, putra orang terbaik di antara kami. Pemuka kami dan putra pemuka kammi.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Bagaimana pendapatmu jika ia memeluk Islam?”
Mereka pun berucap, “Semoga Allah melindunginya dari perbuatan itu.” Maka Abdullah bin Salam keluar seraya berkata, “Aku bersaksi bahwasanya tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.” lebih lanjut Abdullah bin Salam berkata, “Inilah yang paling aku khawatirkan ya Rasulallah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dengan redaksi [lafadz] seperti ini. Ia juga diriwayatkan oleh Anas dengan lafadz yang lain, yang serupa dengannya. Dan di dalam shahih Muslim, dari Tsauban dengan lafadz yang mendekati ini.
Adapun tafsir firman-Nya: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila fa innaHuu nazzalaHuu ‘alaa qalbika bi idz-nillaaHi (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu dengan seizin Allah.”) adalah barangsiapa memusuhi Jibril, maka hendaknya ia mengetahui bahwa ia adalah Ruhul Amin yang turun dengan membawa Dzikrul Hakim [al-Qur’an] dari Allah ke dalam hatimu dengan izin-Nya. Ia adalah salah satu dari para Rasul Allah dari golongan malaikat. Dan barangsiapa memusuhi seorang Rasul, berarti ia telah memusuhi semua Rasul. Sebagaimana seorang yang beriman kepada seorang rasul, maka hal itu mengharuskannya untuk beriman kepada semua Rasul, dan sebagaimana seorang yang kufur kepada salah seorang Rasul, berarti ia telah kufur kepada seluruh Rasul. Seperti yang difirmankan Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)” (an-Nisaa’: 150)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)” (an-Nisaa’: 150)
Dengan demikian Allah swt. telah menetapkan bahwa mereka benar-benar sebagai orang kafir, karena mereka beriman kepada sebagian Rasul, dan ingkar kepada sebagian yang lain. Demikian pula halnya orang yang memusuhi Jibril, maka ia adalah musuh Allah, karena Jibril tidak turun dengan membawa perintah atas kemauannya sendiri, tetapi atas perintah Rabb-nya. sebagaimana firman-Nya: wa maa natanazzalu illaa bi amri rabbika (“Dan tidaklah kami turun kecuali dengan perintah Rabb-mu.”) (QS Maryam: 64)
Dan Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya, dari Abu Hurairah ra. ia menceritakan, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa memusuhi waliku, berarti ia menyatakan perang denganku.” (HR Bukhari)
Oleh karena itu Allah swt. murka kepada orang-orang yang memusuhi Jibril dan Dia berfirman: qul man kaana ‘aduwwal lijibriila fa innaHuu nazzalaHuu ‘alaa qalbika bi idz-nillaaHi mushaddiqal limaa baina yadaiHi (“Katakanlah: ‘Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya [al-Qur’an] ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa [kitab-kitab] yang sebelumnya.”) yaitu kitab-kitab yang terdahulu. Wa Hudaw wa busy-raa lil mu’miniin (“Dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”) maksudnya sebagai petunjuk hati mereka dan berita gembira bahwa mereka akan mendapatkan surga. Dan semua itu tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang beriman saja, sebagaimana firman-Nya: qul Huwa lilladziina aamanuu Hudaw wa syifaa-un (“Katakanlah, ia [al-Qur’an] sebagai petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.”)(QS Fushilat: 44)
Selanjutnya Allah berfirman: man kaana ‘aduwwal laaHi wa malaa-ikatiHii wa rusuliHii wa jibriila wa miikaala fa innallaaHa ‘aduwwul lil kaafiriin (“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang yang kafir.”) artinya Allah menyatakan, “Barangsiapa yang memusuhi-Ku, para malaikat dan Rasul-rasul-Ku.” Yang dimaksud dengan rasul-rasul-Nya yaitu mencakup rasul dari para malaikat dan juga dari kalangan manusia.
Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Allah memilih para rasul-Nya dari malaikat dan dari manusia.” (QS al-Hajj: 75)
Wa jibriila wa miikaala (“Jibril dan Mikail”) kalimat itu merupakan “’athaaful khaashi” (penyambung khusus) dari makna khusus ke makna umum. Karena keduanya termasuk malaikat yang dikategorikan dalam cakupan para rasul secara umum. Kemudian keduanya disebut secara khusus, karena siyaq [redaksi] berkenaan pembelaan kepada Jibril yang merupakan duta antara Allah dan para Nabi-Nya. Lalu Allah menyertai penyebutannya dengan Mikail, karena orang Yahudi mengaku bahwa Jibril sebagai musuh sedangkan Mikail sebagai penolong mereka. Maka Allah Ta’ala memberitahukan, barangsiapa memusuhi satu di antara keduanya [Jibril dan Mikail] berarti ia telah memusuhi yang lainnya juga memusuhi Allah.
Dan karena pada beberapa kesempatan kadang malaikat Mikail turun kepada para Nabi Allah, sebagaimana ia bertemu dengan Rasulullah saw. pada permulaan perintah, tetapi Jibril lebih sering karena hal itu merupakan tugasnya. Sedangkan Mikail bertugas mengurusi rizki. Sebagaimana Israfil bertugas meniup sangkakala untuk membangkitkan manusia pada hari kiamat kelak.
Oleh karena itu, di dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah jika bangun malam selalu berdoa: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Mu mengenai apa yang mereka perselisihkan. Tunjukanlah kepadaku kebenaran dari apa yang diperselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”
Fa innallaaHa ‘aduwwul lil kaafiriin (“Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”) pada ayat tersebut “al-madh-Haru” (hal yang jelas) ditempatkan pada posisi “al-mudl-maru” dimana Dia tidak menyatakan: “fa innaHuu ‘aduwwun” [bahwa Dia adalah musuh] melainkan Dia menuturkan: Fa innallaaHa ‘aduwwul lil kaafiriin (“Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”)
Sebagaimana yang dikatakan seorang penyair:
Laa ra-al mauta yasbiqul mauta syai-un
Sabaqal mautu dzal ghinaa wal faqiiraa
(“Aku tidak pernah melihat kematian itu didatangi oleh sesuatu, tetapi
kematian itu mendatangi orang kaya dan miskin.”)
Laa ra-al mauta yasbiqul mauta syai-un
Sabaqal mautu dzal ghinaa wal faqiiraa
(“Aku tidak pernah melihat kematian itu didatangi oleh sesuatu, tetapi
kematian itu mendatangi orang kaya dan miskin.”)
Dalam ayat ini, Allah swt. menampakkan nama-Nya dengan maksud untuk menegaskan makna di atas, sekaligus untuk menjelaskan dan memberitahukan kepada mereka bahwa siapa saja yang memusuhi wali Allah, maka sesungguhnya Allah adalah musuhnya, dan barangsiapa menjadi musuh-Nya, maka ia akan merugi di dunia dan di akhirat.
EmoticonEmoticon