Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 51-53

tulisan arab surat albaqarah ayat 51-53“Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empatpuluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zhalim. (QS. Al-Baqarar: 51) Kemudian sesudah itu Kami ma’afkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. (QS. 2:52) Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. 2:53)
Allah berfirman: “Ingatlah berbagai nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, yaitu berupa ampunan yang Ku-berikan kepada kalian atas tindakan kalian menyembah anak sapi setelah kepergian Musa untuk waktu yang ditentukan Rabb-Nya, yaitu setelah habis masa perjanjian selama 40 hari.” Itulah perjanjian yang disebutkan dalam Surat al-A’raaf dalam firman-Nya: “Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa tiga puluh hari dan Kami menambahnya dengan sepuluh hari.” (QS. Al-A’raaf: 142).
Ada pendapat yang menyatakan, yaitu bulan Dzulqa’dah penuh ditambah dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Hal itu terjadi setelah mereka bebas dari kejaran Fir’aun dan selamat dari tenggelam ke dasar laut.
Firman-Nya: “Dan ingatlah ketika Kami memberikan al-Kitab kepada Musa.” Yaitu kitab Taurat. Dan “wal furqaan” yaitu kitab yang membedakan antara yang haq dan yang batil, dan [membedakan pula antara] petunjuk dan kesesatan. La’allakum taHtaduun (“agar kalian mendapat petunjuk”). Peristiwa itu juga terjadi ketika mereka berhasil keluar dari laut, sebagaimana yang ditunjukkan oleh konteks dalam ayat yang terdapat dalam surah al-A’raaf, juga firman-Nya:
“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (QS. Al-Qashash: 43).
Ada yang berpendapat, “wa” pada ayat tersebut adalah “zaidah” (tambahan), dan artinya, “Kami telah memberikan kepada Musa Kitab al-Furqan. Namun pendapat ini gharib (aneh). Ada juga pendapat yang menyatakan, “wawu “itu adalah “wawu athaf” (kata sambung meskipun bermakna sama). Sebagaimana yang diungkapkan seorang penyair:
Dia menyerahkan kulit kepada orang yang akan mengukirnya
Ternyata kata-katanya hanya dusta dan bualan
Jadi dusta dalam syair di atas juga bermakna kebohongan.


EmoticonEmoticon