Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. 2:213)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Antara Nuh as. dan Adam as. itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syari’at Allah swt. Kemudian terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.”
Sehubungan dengan firman Allah: kaanan naasu ummataw waahidatan (“Manusia itu adalah umat yang satu”) Abdur Razzak berkata: Mu’ammar memberitahukan kami, dari Qatadah, ia mengemukakan: “Mereka semua dalam petunjuk, kemudian mereka pun berselisih; fa ba’atsallaaHun nabiyyiina (“Maka Allah mengutus para Nabi”) nabi yang pertama kali diutus adalah Nabi Nuh as.
Hal senada juga dikemukakan oleh Mujahid sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas di atas.
Masih mengenai firman Allah: kaanan naasu ummataw waahidatan (“Manusia itu adalah umat yang satu”) al-Aufi menceritakan dari Ibnu Abbas ia mengatakan: “Mereka dalam keadaan kafir. Fa ba’atsallaaHun nabiyyiina mubasy-syiriina wa mundziriina (“Maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.”)
Pendapat pertama yang bersumber dari Ibnu Abbas memiliki sanad dan makna yang lebih shahih. Karena umat manusia pada saat itu menganut agama yang dibawa Adam as. hingga akhirnya mereka menyembah berhala, maka Allah mengutus Nuh as. kepada mereka. la adalah rasul pertama yang diutus ke muka bumi ini. Oleh karena itu Allah swt. berfirman: wa anzala ma’aHumul kitaaba bil haqqi liyahkuma bainan naasi fii makhtalafuu fiiHi wa makhtalafa fiiHi illal ladziina uutuuHu mim ba’di ma jaa-at Humul bayyinaatu baghyam bainaHum (“Dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.”)
Maksudnya, hujjah telah tegak atas mereka, dan yang mendorong mereka berbuat demikian tidak lain hanyalah kedengkian di antara mereka.
Fa HadallaaHul ladziina aamanuu limakhtalafuu fiiHi minal haqqi bi-idzniHii wallaaHu yaHdii may yasyaa-u ilaa shiraathim mustaqiim (“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya, dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kejalan yang lurus.”)
Mengenai firman Allah: Fa HadallaaHul ladziina aamanuu limakhtalafuu fiiHi minal haqqi bi-idzniHii (“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya”) Jbnu Wahab meriwayatkan dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, ia mengatakan: Lalu merekapun berselisih mengenai hari jum’at, maka orang-orang Yahudi menetapkan hari Sabtu dan Nasrani hari Ahad. Kemudian Allah swt. memberikan petunjuk kepada umat Muhammad untuk menetapkan hari Jum’at. Setelah itu mereka berselisih mengenai kiblat, maka orang-orang Nasrani pun menjadikan Masyriq sebagai kiblat, orang-orang Yahudi memilih Baitul Maqdis, kemudian Allah swt. memberi petunjuk kepada umat Muhammad untuk menjadikan Ka’bah sebagai kiblat.
Mereka juga berselisih mengenai shalat. Di antara mereka ada yang hanya mengerjakan ruku’ saja tanpa sujud, ada juga yang hanya sujud saja tanpa ruku’. Juga ada yang mengerjakan shalat sambil berbicara, ada yang sambil berjalan. Kemudian Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad mengenai ibadah shalat dengan cars yang benar.
Selain itu juga mereka berselisih mengenai ibadah puasa. Ada di antara mereka yang berpuasa setengah hari saja, ada yang berpuasa dengan tidak memakan sebagian makanan saja. Kemudian Allah swt. memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai pelaksanaan puasa yang benar.
Mereka juga berselisih mengenai Ibrahim as, orang-orang Yahudi mengatakan: “Ibrahim adalah seorang Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan: “Ibrahim itu adalah seorang Nasrani.” Padahal Allah swt. telah menjadikannya seorang yang hanif (lurus, condong kepada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah. Kemudian Allah swt. memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai kebanaran tentang din Ibrahim tersebut.
Mereka juga berselisih tentang Isa as, orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Padahal Allah telah menciptakannya dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya. Kemudian dia memberikan petunjuk kepada umat Muhammad kebenaran mengenai hal tersebut.
Masih mengenai firman-Nya: Fa HadallaaHul ladziina aamanuu limakhtalafuu fiiHi minal haqqi bi-idzniHii (“Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya”) Rabi bin Anas mengatakan: “Maksudnya ketika terjadinya perselisihan, mereka masih menganut apa yang dibawa oleh para Rasul sebelum perselisihan tersebut terjadi. Mereka semua berada dalam tauhid yang hanya beribadah kepada Allah swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mereka mengerjakan shalat dan menunaikan zakat. Jadi mereka tetap menjalankan perintah yang pertama sebelum terjadi perselisihan, juga menjauhkan perselisihan. Mereka ini adalah sebagai saksi bagi umat manusia pada hari kiamat kelak, saksi bagi kaum Nabi Nuh, Nabi Huud, Nabi Shalih, Nabi Syu’aib, dan keluarga Fir’aun, bahwa para Rasul mereka telah menyampaikan risalah kepada mereka, tetapi mereka mendustakan para Rasul tersebut. Dan Allah memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
Dan mengenai ayat ini, Abu Aliyah mengatakan: “Allah yang mengeluarkan mereka dari keraguan, kekesesatan, dan fitnah.”
Firman-Nya: bi idzniHi (“Dengan kehendak-Nya”) Artinya, sesuai dengan pengetahuan-Nya tentang mereka dan petunjuk yang diberikan kepada mereka. Demikian dikatakan oleh Ibnu Jarir.
Firman-Nya lebih lanjut: wallaaHu yaHdii may yasyaa-u (“Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya,”) di antara makluk-Nya; ilaa shiraathim mustaqiim (“Ke jalan yang lurus.”) Yakni, Allah mempunyai hikmah dan hujjah yang sempurna.
Dalam kitab shahih al-Bukhari dan shabib Muslim diriwayatkan hadits dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah jika bangun malam dan mengerjakan.shalat, beliau mengucapkan:
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan di antara hamba-hamba-Mu, tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan di antara hamba-hamba-Mu, tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”
Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berdoa: AllaaHuma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa’aHu, wa arinal baathila baathilan warzuqnajtinaabaHu, wa laa taj’alHu multabisan ‘alainaa fana-dlilla, waj’alnaa lil muttaqiina imaaman (“Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan karuniakan kepada kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang bathil itu bathil, dan karuniakan kepada kami untuk dapat menghindarinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”)
EmoticonEmoticon