Surah Madaniyyah; surah ke 3: 200 ayat
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu al-Kitab [Taurat], mereka diseru kepada kitabullah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi [kebenaran]. (QS. 3:23) Hal itu adalah karena mereka mengaku: ‘Kami tidak akan disentuh oleh api Neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung.’ Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. (QS. 3:24) Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari [Kiamat] yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedangkan mereka tidak dianiaya [dirugikan].” (QS. 3:25)
Allah berfirman dengan maksud mengingkari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berpegang teguh kepada apa yang mereka anggap sebagai kedua kitab mereka, yaitu Taurat dan Injil. Jika mereka diseru untuk konsekuen dengan isi kedua kitab tersebut, yang di antaranya adalah ketaatan kepada Allah atas apa yang diperintahkan kepada mereka dalam kedua kitab tersebut, yaitu mengikuti Muhammad, maka mereka berpaling dan mereka pun membelakangi kebenaran keduanya.
Yang demikian itu merupakan puncak dari pencelaan terhadap mereka dan penghinaan dengan penyebutan terhadap mereka dengan penolakan dan kekufuran.
Setelah itu Allah berfirman, dzaalika bi-annaHum qaaluu lan tamassanan naaru illaa ayyaamam ma’duudaat (“Hal itu adalah karena mereka mengaku, kami tidak akan disentuh oreh api Neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung.”) Maksudnya, keberanian mereka menentang kebenaran itu disebabkan oleh sikap mengada-ada mereka terhadap Allah yang berupa pengakuan terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka hanya akan diadzab di Neraka selama tujuh hari saja dari setiap seribu tahun di dunia satu hari. Penafsiran mengenai hal ini telah dikemukakan sebelumnya dalam surat al-Baqarah.
Selanjutnya Dia berfirman, wa gharraHum fid diiniHim maa kaanuu yaftaruun (“Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.”) Dengan pengertian, mereka diteguhkan dalam agama mereka yang bathil oleh apa yang memperdaya diri mereka sendiri, yaitu anggapan mereka bahwa Neraka tidak akan menyentuhnya karena dosa-dosa yang telah mereka perbuat, melainkan hanya beberapa hari saja yang dapat dihitung. Padahal mereka sendirilah yang mengada-ada dan mengarang /membuat-buat hal itu, padahal Allah tidak pernah menurunkan keterangan mengenai hal itu.
Kemudian Allah mengancam mereka melalui firman-Nya, fa kaifa idzaa jama’naaHum li yaumi laa raiba fiiHi (“Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan jada hari yang tidak ada keraguan tentang adanya.”) Artinya, bagaimana keadaan mereka kelak, sementara mereka telah mengada-ada (membuat kedustaan) terhadap Allah dan mendustakan para Rasul-Nya, serta membunuh para Nabi dan ulama dari kaum mereka, yang telah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menanyakan semua itu kepada mereka, menghakimi serta memberikan balasan terhadap mereka.
Oleh karena itu Dia berfirman, fa kaifa idzaa jama’naaHum li yaumi laa raiba fiiHi (“Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan jada hari yang tidak ada keraguan tentang adanya.”) Yakni tidak diragukan lagi kejadian dan keberadaannya.
EmoticonEmoticon