Surah Madaniyyah; surah ke 3: 200 ayat
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”. Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali ‘Imraan: 156) Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.(QS. Ali ‘Imraan: 157) Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.” (QS. Ali ‘Imraan:158)
Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menyerupai orang-orang kafir dalam keyakinan mereka yang rusak seperti yang tertuang dalam ungkapan mereka mengenai saudara-saudara mereka yang meninggal dalam perjalanan dan peperangan, “Seandainya mereka meninggalkan perang tersebut, pasti mereka tidak akan tertimpa musibah itu.”
Maka Allah berfirman, yaa ayyuHal ladziina aamanuu laa takuunuu kalladziina kafaruu wa qaaluu li ikhwaaniHim (“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir [orang-orang munafik] itu, yang mengadakan kepada saudara-saudara mereka.”) Yakni, mengenai saudara-saudara mereka.
Idzaa dlarabuu fil ardli (“Apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi.”) Yaitu, ketika mereka mengadakan perjalanan untuk berdagang atau kegiatan lainnya, au kaanuu ghuzzan (“atau mereka berperang.”) Yakni, ketika mereka berada dalam peperangan. Lau kaanuu ‘indanaa (“Kalau mereka tetap bersama-sama kita.”) Yakni, tetap menetap di kampung ini. Maa maatuu wa maa qutiluu (“Tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.”) Maksudnya, mereka tidak akan mati dalam perjalanan dan tidak dibunuh dalam peperangan.
Dan firman Allah: liyaj’alallaaHu dzaalika hasratan fii quluubiHim (“Akibat [dari per-kataan dan keyakinan mereka] yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat, di dalam hati mereka.”) Maksudnya, Allah menciptakan keyakinan tersebut dalam diri mereka untuk menambah penyesalan atas orang-orang yang mati dan terbunuh.
Kemudian Allah berfirman sebagai bantahan terhadap mereka: wallaaHu yuhyii wa yumiitu (“Allah menghidupkan dan mematikan.”) Artinya, di tangan-Nya penciptaan itu berada dan kepada-Nya segala sesuatu kembali. Tidak seorang pun hidup dan mati kecuali atas kehendak dan takdir-Nya. Dan tidak akan bertambah atau berkurang umur seseorang, karena semuanya telah ditetapkan melalui qadha dan qadar-Nya.
Firman-Nya, wallaaHu bimaa ta’maluuna bashiir (“Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.”) Maksudnya, ilmu dan penglihatan-Nya menembus seluruh makhluk-Nya. Tidak ada sesuatu pun dari urusan mereka yang tersembunyi dari-Nya.
Firman-Nya: wa la-in qutiltum fii sabiilillaaHi au muttum lamaghfiratum minallaaHi wa rahmatun khairum mimmaa yajma’uun (“Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik [bagimu] dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.”) Ayat ini mengandung makna bahwa berperang dan mati di jalan Allah merupakan salah satu sarana mendapatkan rahmat, ampunan, dan ke-ridhaan-Nya. Dan yang demikian itu lebih baik daripada tetap hidup di dunia ini dan memperoleh segala isinya yang fana ini.
Selanjutnya Allah memberitakan bahwa semua orang yang meninggal atau terbunuh tempat kembalinya adalah Allah. Dan Dia akan memberikan balasan sesuai dengan amal yang pernah dikerjakannya, jika berbuat baik, maka kebaikan yang akan diperolehnya. Dan sebaliknya, jika berbuat jahat, maka kejahatan pula yang akan didapatnya. Allah berfirman, wa la-im muttum au qutiltum la-ilallaaHi tuhsyaruun (“Dan sesungguhnya jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.”)
EmoticonEmoticon